22 januari terjadi lagi

Angka dua puluh dua


angka dua puluh dua, tahun dua ribu empat belas, apai yang meluap keluar dari dalam wajahku. karena aku melihat kekosongan di depan mataku. bak hidup di kota tanpa seorang teman. apanya yang tanpa seorang teman. di depan mereka tak terdiam. aku kesal, aku tak bisa menahan emosiku, sekitar tiga tahun yang lalu pun terjadi, malah kebalikannya. aku bak hidup dalam rumah kosong yang ramai. bukan kosong, tetapi banyak orang. yang seharusnya dikosongkan adalah segala ujaran dan panggilan telinga kanan dan kiri. aku tak bisa berkonsentrasi, emosiku kembali meluap. mencari jalan tengah. 

untuk yang melihat halaman ini, dan membaca halaman ini, maaf atas sikapku yang kadang tak terduga, dan menyakitkan.